BLUEPRINT FOR JOGJA, Location: TEMBI CONTEMPORARY Street: Jl. Parangtritis km 8,5, Tembi, Sewon, Bantul City/Town: Jogjakarta, Indonesia





MELLA JAARSMA, LENNY RATNASARI WEICHERT, INDIEGUERILLAS, AGUS BAQUL PURNOMO, MES 56, SAMUEL INDRATMA, ARYA PANJALU, SARA NUYTEMANS, MARSOYO, HERI PURWANTO, OETJE, IMAM SANTOSA
Blueprint untuk Yogya features artists from Indonesia that looks into the concept of mapping a city that is often considered as the cultural and creative capital of Indonesia. Yogya is a place that has different meanings for different people. Artists are invited to consider the process in which we can visually represent a place and space and how it can help us understand a particular locale.
The word Blueprint often suggests something more than a map. While maps are often considered as 'a visual representation of an area—a symbolic depiction highlighting relationships between elements of that space such as objects, regions and themes', the Blueprint further suggest that it is a working and imaginative plan for the future. The term is borrowed from disciplines such as architecture and urban planning, and it is used to highlight the role that artists could play in how we imagine the future of a city can be.
The blueprint need not be a scientific plan, it could also be playful and imaginative, sometimes even emotive. More importantly, it underscores the inextricable ties Yogya artists have with the city they live and how they can contribute to its continuous significance as a creative centre in Indonesia and beyond.
**************************
Cetak biru untuk Yogya menampilkan seniman dari Indonesia yang melihat ke dalam konsep pemetaan kota yang sering dianggap sebagai modal budaya dan kreatif di Indonesia. Yogya adalah tempat yang memiliki arti yang berbeda untuk orang yang berlainan. Artis diajak untuk mempertimbangkan proses di mana kita dapat memvisualkan tempat dan ruang dan bagaimana dapat membantu kita memahami daerah tertentu.
Kata cetak biru sering menunjukkan sesuatu yang lebih dari sebuah peta. Meskipun peta seringkali dianggap sebagai 'gambaran visual yang mewakili daerah-simbolis penyorotan gambaran hubungan antara elemen ruang seperti objek, dan tema daerah', cetak biru lebih menunjukkan karya imajinatif dan rencana untuk masa depan. Istilah yang dipinjam dari disiplin ilmu lain seperti arsitektur dan perencanaan perkotaan, dan digunakan untuk menyorot peran yang dapat seniman mainkan dan bagaimana kita dapat bayangkan masa depan sebuah kota.
Cetak biru tidak perlu perencanaan yang ilmiah, bisa juga bermain-main dan imajinatif, bahkan kadang-kadang emosional. Yang lebih penting adalah menggarisbawahi keterikatan seniman Yogya dengan kota tempat mereka hidup dan bagaimana mereka dapat memberikan kontribusi yang signifikan terus menerus pada Jogja sebagai pusat kreatif di Indonesia.




Posting Komentar
<